Aspek Kognitif
Kemampuan kognitif
diperlukan oleh anak dalam rangka mengembangkan pengetahuannya tentang apa yang
ia lihat, dengar, rasa, raba, ataupun ia cium melalui panca indera yang
dimilikinya. Di Taman Kanak-kanak dan lembaga pendidikan sejenis lainnya,
pengembangan kognitif dikenal juga dengan istilah pengembangan daya pikir (Wawan,
2013: Online).
Herman mendifinisikan bahwa kognitif adalah intelektual
ditambah dengan pengetahuan, sedangkan menurut Pamela Minet perkembangan
intelektual adalah sama dengan perkembangan mental, dan perkembangan kognitif
adalah perkembangan pikiran (Wawan, 2013: Online).
Menurut Piaget, tahap-tahap perkembangan kognitif anak meliputi
:
1.
Tahap Sensorimotor (0 – 2 tahun)
Pada tahap ini bayi
menggunakan kemampuan perasaan dan motornya untuk memahami dunia. Berawal dari
refleksi dan berakhir dengan kombinasi kompleks dari kemampuan motor.
2.
Tahap Pra-Operasional (2 – 7 tahun)
Tahap ini anak
mempunyai ganbaran mental dan mampu untuk berpura-pura, langkah pendek untuk
menggunakan simbol (kata-kata dan imajinasi) untuk menggambarkan benda,
situasi, dan kejadian.
3.
Tahap Konkret-Operasional (7 – 9 tahun)
Dalam tahap ini anak
tidak hanya menggambarkan simbol, tapi dapat memanipulasi simbul secara logika
dalam memecahkan masalah.
4.
Tahap Operasional-Formal (11 – 16 tahun)
Anak tidak lagi
terbatas pada apa yang dilihat dan didengar ataupun pada masalah yang dekat,
tetapi sudah dapat membayangkan masalah dalam pikiran dan pengembangan
hipotesis secara logis (Sujiono, 2004: 3.5-3.11).
Berkenaan dengan teori kognitif, Piaget mengemukakan tiga cara
bagaimana anak sampai mengetahui sesuatu, yaitu melalui interaksi sosial,
melalui pengetahuan fisik, dan melalui logical
mathematical. Dalam pandangan Piaget, untuk mempelajari sesuatu temasuk
koncep bilangan dan berhitung digunakan pendekatan konstruktif. Menurut
pandangan konstruktivistik belajar merupakan suatu proses pembentukan
pengetahuan ini harus dibentuk oleh si belajar (anak sendiri). Ia harus aktif
melakukan kegiatan, aktif berpikir, menyususn konsep, dan memberi makna tentang
hal-hal yang sedang dipelajari (Ramli, 2010: Online).
Piaget menekankan bahwa anak lebih diuntungkan dengan
pengalaman pendidikan yang tidak terlalu sulit yang menarik keingintahuannya,
menantang pemahamannya, dan mendorongnya untuk mengevaluasi apa yang telah
diketahuinya. Jika pengalaman belajar rumit, anak tidak dapat memahaminya, dan
tidak ada peristiwa belajar yang muncul (Aisyah,2010:5.30).
Pemikiran dalam penalaran anak usia TK disebut penalaran
semilogis karena penalaran logika mereka terbatas. Anak tidak mampu memgingat
lebih dari satu hubungan dalam satu waktu dan menggunakan proses berpikir
terbalik seperti pemikiran orang dewasa. Hambatan kognitif ini membatasi
seberapa besar pemahaman anak terhadap konsep matematika atau bilangan.
Bagaimaanapun, pengalaman dan kesempatan untuk belajar akan memberi konteks
pada anak untuk mengembangkan pemikiran mereka (Wasik.2008:385).
Perkembangan kognitif sebagian besar tergantung pada sejauh
mana anak aktif memanipulasi dan aktif berinteraksi dengan lingkungannya.
Perkembangna kognitif bukan merupakan akumulasi dari kepingan informasi
terpipsah namun untuk memahami lungkungan mereka (Riyanto. 2010:126).
Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan kognitif yaitu:
a.
Faktor Keturunan/hereditas
Bahwa sesungguhnya
manusia lahir sudah membawa potensi-potensi tertentu yang tidak dapat
dipengaruhi oleh lingkungan. Para ahli psikologi berpendapat bahwa intelegensi
75-80% merupakan warisan atau keturunan.
b.
Faktor Lingkungan
Dipelopori oleh John
Locke. Ia berpendapat bahwa manusia dilahirkan sebenarnya suci dan tabularasa,
dimana perkembangan selanjutnya sangat ditentukan oleh lingkungannya.
Berdassarkan teori ini perkembangan taraf intelegensi sangat ditentukan oleh
pengalaman dan pengetahuan yang diperoleh dari lingkungan hidupnya.
c.
Kematangan
Tiap organ (fisik
maupun psikis) dapat dikatakan telah matang jika ia telah mencapai kesangguapan
menjalankan fungsinya masing-masing. Kematangan berhubungan erat dengan usia
kronologis (usia kalender).
d.
Pembentukan
Adalah segala keadaan
diluar diri seseorang yang mempengaruhi perkembangan intelegensi. Pembentukan
dapat dibedakan menjadi pembentukan sengaja dan pembentukan tidak sengaja.
e.
Minat dan Bakat
Minat mengarahkan
perbuatan kepada suatu tujuan dan merupakan dorongan untuk berbuat lebih giat
dan lebih baik. Sedangkan bakat diartikan sebagai kemampuan bawaan, potensi
yang masih perlu dikembangkan dan dilatih agar dapat terwujud.
f.
Kebebasan
Yaitu kebebasan manusia
berpikir divergen (menyebar), yang berarti bahwa manusia dapat memilih
metode-metode tertentu dalam memecahkan masalah-masalah, juga bebas memilih
masalah selanjutnya (Sujiono,2004.:1.18-1.19).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar